Setelah saya pikir-pikir rasanya kebiasaan untuk tidak memasang detil buku di review saya mungkin gak bijaksana untuk terus diterapkan secara "penuh" karena rasanya tetap saja dalam membaca ulasan suatu buku, beberapa detil seperti pengarang, tahun terbit, dan penerbit mana yang menerbitkan adalah hal yang penting bagi pertimbangan pembaca juga. Berangkat dari "kebijakan" soal keharusan referensi untuk selalu update dan "jelas" kalau dalam tugas-tugas saya di kampus juga sih.
Terus selama ini saya cuma cantumin nama pengarangnya dan pasang cover bukunya terus pasang blurb nya itu pun gak selalu. Jadi, saya gak bermaksud menjilat ludah sendiri tapi melakukan koreksi-diri berkaitan dengan persepsi dalam posisi saya yang merupakan sebuah titik di jajaran tulisan (bahkan "kitab") apresiasi buku di dunia literasi (GAK USAH bilang saya pake referensi vickibulary karena udah basi, OKTRIMS). =))
Beberapa waktu juga saya mengamati #ResensiPilihan penerbit GPU dan semua resensi yang terpilih menang untuk minggu itu sehingga bisa dapat satu buku terbitan GPU, semua resensinya tidak lupa mencantumkan detil-detil bukunya. Just like what schools Indonesian subject taught me in this significant topics I mumble right now.
Jadi kurang-lebihnya untuk ke depannya saya bakalan mencantumkan (secara urut): Judul dan pengarang (bibliographic style as title), Tahun Terbit, Penerbit, (kalau ada) Seri (dari misal Inheritance Cycle dan seterusnya), Edisi Bahasa (?), dan "Genre" menurut kategorisasi saya (...) di dalam review yang saya publikasikan di blog buku ini^^
Hmm... memangnya, kalau Anda pikir, sejauh mana sih pencantuman poin-poin detil buku itu "esensial" untuk melengkapi sebuah review/resensi yang baik? Mana informasi yang penting dan mana yang nggak? ;p
No comments:
Post a Comment