"Salah satu nama saya, adalah Nemesis — Dewi Keadilan."Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2013
Edisi: Paperback, edisi ke 5 cover baru
"Genre": Mystery, Crime, "Mindblowing"
Nemesis, adalah kode yang diberikan oleh Mr. Rafiel — yang telah tiada — ketika memberitahukan tawaran (atau sebuah permohonan, bisa juga sebenarnya) pada Miss Marple dengan berpegang pada kapasitas Miss Marple yang diketahui Mr. Rafiel dalam pertemuan terakhir mereka di Kepulauan Bahama, pada suatu kasus terdahulu yang lain (which is Misteri Karibia, yang kayaknya bakal saya baca setelah ini ;p). Kapasitas Miss Marple yang seperti apa? Kalau boleh mengutip kasar, adalah pandangannya yang tajam pada kejahatan, pada keadilan.
Permohonan Mr. Rafiel datang seminggu setelah kematiannya, akan tetapi Mr. Rafiel tidak segera memberitahukan pada Miss Marple mengenai perkara apa, siapa, di mana dan bagaimana. Tuntunan-tuntunan Mr. Rafiel kemudian, segalanya yang sudah diatur oleh sang jutawan sebelum ajal menjemput "hanyalah" agar Miss Marple berada pada sebuah tur yang akan mengunjungi rumah-rumah bersejarah dan kebun-kebun terkenal di Inggris, lalu pada undangan dari salah seorang dari tiga bersaudara perempuan untuk menginap di Old Manor House. Miss Marple tahu, bahwa hal yang dibutuhkannya untuk menyelesaikan "permintaan" Mr. Rafiel ada di suatu "tempat", dan ia, yang dipanggil "Nemesis" akan cepat atau lambat menjatuhkan keadilan pada tempatnya yang seharusnya. Dewi Keadilan tidak akan luput pada "tugasnya", meskipun tak segera, meskipun mungkin terlambat oleh kematian, pembunuhan yang lainnya A___A
Biarkanlah keadilan mengalir bagaikan air dan kebenaran mengalir bagaikan arus yang kekal.
Saya sejauh ini memang membaca kisah misteri Miss Marple lebih sedikit dibandingkan dengan yang Hercule Poirot, sepertinya antara faktor waktu, mood, juga pada sifat sok picky dan kecenderungan untuk lebih memilih membaca kasus- kasus Poirot berhubung keunikannya yang terpampang (HALAH) dan kasus-kasusnya yang semacam "profesional" banget. Kakak saya yang andil mengumpulkan tumpukan cerita misteri Dame Agatha Christie di rumah padahal sudah beberapa kali dan dari cukup lama merekomendasikan saya membaca kasus-kasus Miss Marple, salah satu yang direkomendasikan kakak juga yang "Nemesis" ini. Akhirnya pada mood dan waktu yang longgar (...?) saya bisa mulai membaca kasus yang ditangani oleh Miss Marple, tentu saja yang diutamakan adalah yang direkomen kakak saya. Oho, meskipun, yang Nemesis ini bukan yang pertama saya baca aniwei (padahal juga total baru baca tiga buku Miss Marple sampai sekarang, tapi songongnya tetep, iyak).
Fear not, worry not, sih, sebenarnya bagi saya karena sebagai tokoh detektif ciptaan tangan
Kasus dalam "Nemesis" ini sampai pada Miss Marple dengan cara yang "logis" sesuai setting yang ada pada Miss Marple sendiri sebagai seorang wanita tua yang tinggal di kota keciiil, ya nggak jauh dari orang yang dikenal dan mengenal Miss Marple^^ begitu juga dengan cara penyelidikannya Miss Marple dalam buku ini, yang cenderung gak tampak selalu metodis atau gimana, lewat dari apa-apa yang dilakukan, dialami, dan dibincangkan oleh Miss Marple — yang karena didukung oleh intuisi dan pikiran yang tajam juga akhirnya bisa "cocok" semuanya pada akhirnya.
Mengikuti cerita dalam Nemesis ini gak langsung menyuguhkan pada roman ketegangan atau roman "investigatif" (dengan barang bukti, saksi-saksi mencurigakan dkk), karena ceritanya sendiri berkisar pada bagaimana Miss Marple mencari tahu apa kasusnya itu sendiri terlebih dahulu dengan cara-cara yang sebisa mungkin gak mencurigakan dan memanfaatkan "fitur"nya sebagai wanita dua yang kepo-kepo, suka mau tahu, suka "ngerumpi", gitu (HEH).
Pada waktu saya baca awal-awal sampai pertengahan cerita, saya hanya bisa "meraba-raba" dan bertanya-tanya soal siapa yang sebenarnya pantas dicurigai, serta diam-diam penasaran soal siapa atau apa yang bakal terlibat dalam "keseruan kriminal" nanti, itupun kalau emang ada kejadiannya /plak. Hehehe, bukannya saya ini mengharapkan penderitaan orang, hanya saja kalau saya baca kasus Agatha Christie begini biasanya saya itu deg-degan dan "penasaran" saja soal siapa yang bakal (maaf) terbunuh karena dari situ biasanya ceritanya bakal jadi (jauh) lebih "mengikat" untuk diikuti^^ (EMOTNYA).
Begitulah, membaca cerita ini mungkin saja bakalan bikin "pengen nyerah dan bosen" karena kayaknya "gitu-gitu aja", cuma seputar ketemu si fulan1, ke fulan2, ngomong-ngomong sama si fulan3; sekitar gimana perjalanan turnya dengan peserta-pesertanya, terus sewaktu Miss Marple menginap di Old Manor House juga sekitar "keseharian"nya di sana yang mungkin sebenarnya sudah mengarah ke investigatif. Misterinya yang "benerannya" semacam gak kunjung kelihatan. Meskipun lamat-lamat cerita, bisa tergambar kalau kasusnya sebenarnya berhubungan dengan kematian gadis-gadis muda yang dibunuh dengan kejam, dan melibatkan putra Mr. Rafiel sebagai pihak yang dituduh.
But, again, mon cher (haha ngikutin Poirot aja nih saya ♥) fear not, and worry not. Kalau Anda sesabar dan "seteguh" Miss Marple dalam menemukan kebenarannya, kesan "nendang" dan tak terduga dari resolusi semua persoalannya bakalan tetap disuguhkan dengan cara yang mindblown, alias bikin pikiran melayang gitu. Apalagi kalau kayak saya yang emang gak pernah benar-benar berusaha mengarahkan "tebakan" soal jawaban misterinya^^ Lembar-lembar akhir buku yang memberitahu pembaca tuturan-tuturan dari sang detektif soal gimana selama ini pikirannya telah "mengatur dan mengurutkan" semuanya tetap terasa menarik dan arghkerenkerenkerenbriliandeh.
Selain dari itu, cerita ini juga menarik karena melibatkan banyak konflik batin tokohnya, termasuk "kejanggalan" yang dirasakan Miss Marple ketika melakukan pencariannya. Karena merupakan kasus yang mengharuskan untuk reminiscing the past, mengingat masa lalu, bakal banyak perasaan dan kenangan-kenangan yang terjadi pada tokoh yang membuat keinginan pembaca untuk mengetahui kebenaran jadi makin terpancing. Selain itu, menarik juga untuk bisa mendapatkan gambaran gimana orang-orang "tua" melihat para orang muda; orang muda yang dalam kasus ini menjadi semacam "topik dan asal muasal"nya, dengan cinta dan semua hal lain A___A Miss Marple sendiri yang merupakan orang yang sudah tua, terasa menarik untuk diikuti gimana cara pandangnya, selain cara pikirnya~
In short, another well done, Dame Agatha Christie! Oh, ya, saya belum menyinggung satu hal lagi, cover bukunya yang pada awalnya nampak biasa-biasa saja dan semacam tidak memiliki kesan kriptik dalam unsur gambarnya (yep, thumbs up buat desainer cover baru Agatha Christie GPU) seperti juga pada ceritanya yang mungkin akan berjalan biasa-biasa saja pada awalnya, pada akhirnya akan sampai pada suatu pengungkapan yang tidak terduga di mana semuanya akhirnya menjadi jelas dan bermakna A___A baca aja, sob A___Ab
Some words on the book, got the story in my head
"Suatu kehidupan, berapa pun lamanya, merupakan suatu pengalaman yang lengkap. Tapi — tidakkah Anda berpendapat bahwa suatu kehidupan terasa tak sempurna, karena terputus sebelum waktunya?"
"Gadis-gadis sekarang ini jadi cepat matang. Mereka lebih lama bersifat kekanak-kanakan — kekanak-kanakan dalam caranya berpakaian, kekanak-kanakan dalam caranya membiarkan rambutnya terurai. Bahkan rok model mini itu mengungkapkan pemujaan terhadap sifat kekanak-kanakan. Pakaian tidur model baby-doll, celana pendek olahraga — semuanya itu model anak-anak. Mereka ingin menjadi dewasa — tanpa menerima tanggung jawabnya. Tapi sebagaimana sifat anak-anak, mereka ingin dianggap dewasa, dan bebas melakukan apa yang mereka pikir merupakan perbuatan-perbuatan orang dewasa. Dan hal itu kadang-kadang berakibat tragis."
"Cinta sama artinya dengan kata-kata yang diucapkan pada misa pernikahan. Dalam senang dan dalam susah, serta dalam keadaan sakit dan sehat. Itulah yang harus dihadapi seseorang, bila dia mencintai seseorang dan ingin menikah dengannya."
"Gadis itu benar-benar mencintainya, dan mau menerimanya dengan segala kebaikan dan keburukannya. Tapi yang menjadi kenyataan adalah, gadis itu telah mendapatkan yang terburuk. Cintanya telah mengakibatkan kematian baginya."
"Cinta, cinta — suatu kata yang menakutkan."
"Menurut saya, rasa benci bisa hilang. Kita bisa mencoba untuk seolah-olah mempertahankan rasa benci itu, tapi kita akan gagal. Rasa benci tidak mempunyai kekuatan sekuat rasa cinta."
"Ya. Gadis-gadis memang cenderung suka pada pemuda-pemuda bejat. Mereka yakin sekali bahwa mereka akan bisa mengubah pemuda-pemuda itu. Dan calon-calon suami yang manis, yang baik hati, yang mantap dan bisa diandalkan, hanya mereka anggap sebagai saudara saja."
"...karena kalau cinta kita cukup besar, kita akan bersedia berkorban, meskipun itu akan menghasilkan kekecewaan atau banyak kesedihan."
Yep, inilah dia review buku Miss Marple karangan Agatha Christie saya, yang juga nyambung pada tema reading challenge dari Hobby Buku, Agatha Christie Read-A-Long di tahap keduanya, yaitu tema Jane Marple ♥ untuk masterpost bacaan Agatha Christie saya di blog ini, silakan dimari.
No comments:
Post a Comment