Tuesday, September 25, 2018

BLOGTOUR INTERVIEW SESSION WITH RUFIN DHI! Studying, Writing, and THE MAN WHO PLAYS PIANO


Halo, Nona dan Tuan semua. Sebuah kehormatan besar buat saya untuk kembali mendapatkan kepercayaan sebagai host blog tour, kali ini bekerjasama dengan Penerbit Twigora untuk buku karangan Rufin Dhi yang berjudul The Man Who Plays Piano. Selamat datang buat para Tuan dan Nona yang mungkin baru pertama kali mampir ke blog saya ini dalam blog tour The Ma Who Plays Piano, panggil saya Nona Risa, host ketiga kalian. Salam kenal ya!

Tentunya saya juga sudah siap "menjamu" Tuan dan Nona semua dalam giliran mampir di blog saya dengan sajian khusus dan istimewa untuk disimak dari hari ini 25 September sampai nantinya ditutup dengan GIVEAWAY pada 27 September 2018. Saya harap Tuan dan Nona semua bisa menyimak dan mengikuti semua rangkaian jamuan konten yang akan tersaji di blog A Book is a Gift, dan seterusnya hingga blog tour selesai. Buat kalian yang penasaran ingin tahu lebih jauh tentang The Man Who Plays Piano dan ingin segera membacanya memang wajib hukumnya untuk menyimak rangkaian blog tour ini sampai selesai karena selain kalian bisa mendapat info seputar The Man Who Plays Piano, kalian juga berkesempatan memenangkan bukunya gratis! Siap-siap deh untuk ketularan ber'Tuan' dan 'Nona' kayak saya setelah baca buku ini, hihi.

Di hari pertama ini mari kita awali dengan sesi tanya-jawab alias wawancara antara saya dan penulis The Man Who Plays Piano, tak lain dan tak bukan adalah Nona Rufin Dhi, yang menurut saya pribadi adalah salah satu penulis muda berpotensi besar. Simak dulu nih biodata singkat beliau berikut ini. 

RUFIN DHI adalah nama pena milik Rifina Dwiseptia Hanafi. Penulis yang lebih akrab dipanggil Ipin ini lahir di Pontianak, 4 September 1997. Kini tinggal di Kota Depok, dan berstatus sebagai seorang mahasiswi di program studi Ilmu Perpustakaan, Universitas Indonesia. Sudah menyelami dunia kepenulisan sejak tahun 2009. A Man Who Plays Piano adalah novel keduanya. Novel pertamanya berjudul The Joker's Secret (DAR!Mizan, 2013). Selain itu, pernah memenangkan belasan lomba menulis dan berkontribusi dalam beberapa buku antologi, yaitu Fragmentasi Ciuman di Bawah Hujan (Hubsche Maedchen, 2012), Kejutan Sebelum Ramadhan #20 (Nulisbuku, 2013), Ground Zero (Divapress, 2014), dan Diakritik dalam Edensor Waktu (Parade Puisi, 2017). Cukup aktif di blog pribadinya, rufindhi.wordpress.com. Tidak perlu sungkan untuk menyapanya di sana, atau bisa juga diajak ngobrol lewat instagram (@rifihana) dan surel (rifinahanafi@gmail.com).

Mantap kaan di usia semuda itu sudah banyak menghasilkan tulisan yang diterbitkan. Saya beruntung banget nih bisa dapat kesempatan untuk kepoin Nona Rufin dalam sesi tanya-jawab yang disediakan Penerbit Twigora. Saya harap hasil tanya-jawab yang akan dibagikan ini bisa bermanfaat buat kalian dan membuat kalian makin penasaran dan yakin untuk mendukung buku kedua dan terbaru Nona Rufin, tak lain dan tak bukan The Man Who Plays Piano. Yuk kita simak transkrip hasil wawancaranya bareng-bareng!



Interview Session

with Rufin Dhi (author of The Man Who Plays Piano)

hosted by K. R. Primawestri



K. R. Primawestri (KRP):
Hai Kak Rufin Dhi, selamat ya atas terbitnya novel The Man Who Plays the Piano, yang ternyata juga Juara Ketiga Sweet and Spicy Romance tahun 2016. Hebat banget deh kak di usia yang terbilang cukup muda sudah bisa banyak memenangkan lomba menulis, padahal kakak menulis sambil kuliah, ya. Bagaimana Kak Rufin mengusahakan untuk tetap konsisten menulis, mempersiapkan penerbitan buku padahal harus fokus belajar juga? Mungkin bisa sekalian untuk menyemangati teman-teman lain yang juga ingin bisa produktif menulis seperti kakak, hehe.

Rufin Dhi (RD):
Terima kasih banyak sebelumnya! Perjalanan menulis dan keikutsertaanku pada lomba menulis memang selalu beriringan dengan sekolah, sejak SMP sampai kuliah ini. Pada dasarnya aku memang suka menulis, terutama berbagi cerita lewat tulisan, dan yang membuatku tetap konsisten adalah adanya goal yang ingin kucapai. Semua orang pasti punya goal-nya masing-masing, kan? Nah, kalau aku, dari banyak goal yang kumiliki, salah satunya adalah aku ingin berbagi cerita ke banyak orang melalui buku yang kutulis sendiri. :))

Mempersiapkan penerbitan buku memang agak menyita waktu, apalagi kalau berbarengan sama kuliah. Karena keduanya sudah menjadi amanah, tentu aku harus bisa membagi waktu. Kalau ingin produktif menulis, pertama harus jatuh cinta dulu sama menulis, hehe. Lalu, manfaatkan segala kesempatan yang ada. Lihat lomba menulis, ikut! Ada waktu luang, coba bikin tulisan, di blog misalnya. Jangan sering-sering beralasan writer block. Menurutku, writer block itu cuma rasionalisasi dari rasa malas aja.

KRP:
Terkait bahwa naskah The Man Who Plays Piano ini awalnya diikutkan lomba, bagaimana gambaran proses dan mungkin timetable dari awal sampai akhirnya naskah The Man Who Plays Piano bisa disubmit untuk lomba Sweet and Sour Romance dulu, berhubung biasanya lomba ada deadline pengiriman? Misalnya mungkin ide untuk The Man Who Plays Piano ini sudah ada lama sebelum lomba diadakan atau memang fresh diciptakan dan digodok dalam rangka ikut lomba, hehe.

RD:
The Man Who Plays Piano ini idenya fresh, benar-benar baru dibuat untuk lomba ini. :)) Karena pada dasarnya aku suka ikut lomba menulis, lomba dari Twigora ini tentu nggak mau kulewatkan. Tapi, bisa dibilang aku terlambat mengetahui informasi lombanya, baru tau sekitar pertengahan Oktober dan lomba sudah berjalan. Sempat ingin pakai naskah yang pernah kalah lomba kemudian direvisi, tapi karena nggak sreg jadinya aku berusaha cari ide baru.

Mungkin sekitar akhir Oktober aku baru dapat ide setelah dapat wangsit dari games piano di HP, dan mulai proses menulis dari akhir Oktober sampai akhir Desember. Berbagi waktu antara kuliah dan naskah. Sempat bersinggungan dengan UTS dan UAS juga, tapi alhamdulillah bisa terlewati dengan baik. Naskah ini pun sebenarnya benar-benar kejar deadline. Alhamdulillah bisa dikirim, dan bisa berubah bentuk jadi buku yang dipajang di toko buku. :D

KRP:
Saya sempat kepoin blognya Kak Rufin juga kan, dan ternyata kakak punya akun di Fanfiction.net. Kebetulan saya juga punya akun disana juga tapi jelas masih kalah jauh karena belum bisa berprogres seperti Kak Rufin yang bisa sampai nerbitin buku gini, hehe. Menurut Kak Rufin seperti apa progres perkembangan yang sudah kakak alami dari awal suka menulis sampai sekarang, dan dari situ apa pesan kakak untuk aspiring writers lain yang ingin bisa produktif menulis seperti kakak juga?

RD:
Wah, senangnya kalau tahu ada yang baca blogku. Jangan sungkan komentar juga di sana, blogku hidup kok, hehe. Iya, aku punya akun di Fanfiction.net, biasanya kalau mau bikin cerita yang terinspirasi dari kisah nyata yang lucu aku tulis dalam bentuk fanfiksi. Kadang fanfiksi aku jadikan pemanasan untuk membuat fiksi. Keseringan menulis di blog jadi terbiasanya sama non fiksi, hahaha.

Bicara progres, pasti adalah pemicu awal, ya. Nah, pemicu awal hobi menulis ini adalah naskah novel yang pertama kali kubuat waktu kelas 2 SMP, yang kemudian kukirim ke penerbit dan alhamdulillah diterima untuk naik cetak. Sementara progres menulisku bermula dari rasa bosanku menunggu proses penerbitan novel pertama yang super lama, akhirnya aku mulai ikut lomba-lomba menulis. Dari berbagai lomba itulah aku berprogres melalui kekalahan-kekalahan yang kutemui. Teman-temanku bilang prestasiku banyak, tapi nggak banyak yang tau kalau kegagalanku lebih buanyak lagi. Intinya, jangan takut mencoba dan selalu pantang menyerah!

KRP:
Kalau diperhatikan sepertinya cukup jelas ya kalau latar kampus di novel The Man Who Plays Piano bisa dibilang berdasarkan gambaran kampus kakak di Universitas Indonesia. Jadi mungkin bisa dibilang kalau keseharian kakak sebagai mahasiswi UI juga memberikan pengaruh cukup besar di novel ini, khususnya dalam hal pemilihan latar cerita. Ada hal lain dalam The Man Who Plays Piano yang mungkin perwujudan dari sesuatu yang menginspirasi kakak juga nggak, atau sebaliknya yang merupakan sentuhan pribadi Kak Rufin sendiri?

RD:
Untuk latar kampus di The Man Who Plays Piano ini, aku justru lebih menggambarkan kampus lain (yang pernah jadi tempatku kuliah selama setahun), dan untuk UI sendiri aku mengambil sistem kuliahnya aja. Ada juga hal lain yang kuadopsi dari hal-hal nyata, tapi kemudian kukolaborasikan dengan imajinasi dan―sebut saja―egoku sebagai penulis, hehe.

Perwujudan inspirasi yang ada di novel The Man Who Plays Piano yang pasti banyak banget karena aku juga mendapat inspirasi dari banyak hal. Ada juga beberapa bagian cerita yang merupakan sentuhan pribadiku sendiri, seperti ada satu scene yang terinspirasi dari kisah pribadiku. Yang mana scene-nya, rahasia~ x))

KRP:
Apa hal berbeda yang kakak harapkan bisa "diambil" pembaca dari The Man Who Plays Piano, dibanding cerita-cerita Romance lainnya?

RD:
Pertama, romance yang berbeda, terutama jika dibandingkan dengan buku-buku Twigora pada umumnya. Ringan, manis, tapi 'aman'. The Man Who Plays Piano ini memang untuk audiens dewasa muda, tapi aku berusaha membuatnya agar bisa dibaca untuk remaja. Romance di The Man Who Plays Piano ini akan sedikit berbeda dengan romance di novel-novel Twigora lainnya karena romance-nya nggak akan 'sekencang' di buku lain. Melalui fakta itu, aku juga ingin menunjukkan―terutama pada teman-teman yang ingin menulis novel―bahwa tidak perlu menjadi seperti orang lain untuk berkarya, cukup jadi dirimu sendiri dan kamu nyaman menuliskannya.

Kedua, konsep surat-suratan rahasia. Dari buku-buku yang selama ini kubaca, aku belum pernah menemukan yang konsepnya sejenis itu. Kalaupun ada, jumlahnya tidak sebanyak tipe cerita romance pasaran. Karena ini lomba, memberi sentuhan yang 'berbeda' justru menjadi keharusan.

Ketiga, program studinya Anka dkk. yang sebenarnya tidak kutuliskan secara gamblang, yaitu Ilmu Perpustakaan (seperti aku). Sebenarnya ini agak kusesali sih karena aku kurang menyinggung jurusan ini lebih dalam, bahkan tidak kusebutkan secara gamblang. Lebih kepada lokasi utamanya aja yang di perpustakaan. :") Lumayan kan promosi gitu, hahaha. Mungkin di buku selanjutnya akan kutuliskan secara gamblang.

Sebenarnya ada yang lain, tapi mungkin ketiga hal itu yang paling kuharapkan terambil pesannya oleh pembaca sekalian. :))

KRP:
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya kepoin ke Kak Rufin Dhi terkait The Man Who Plays Piano dan kepenulisan, tapi untuk kesempatan ini sepertinya bisa kita cukupkan dulu sampai di sini, semoga di sesi interview dengan host selanjutnya kekepoan kita semua bisa semakin terpuaskan. Terima kasih banyak atas kesempatan yang diberikan untuk saya sehingga bisa kepo-kepo dan mewawancarai kakak, sukses terus yaa!

RD:
Terima kasih banyak atas pertanyaan-pertanyaannya! Semoga terjawab.



Yakk begitulah Tuan dan Nona sekalian, hasil sesi wawancara saya dengan Kak Rufin Dhi, gimana gimana makin penasaran nggak untuk membaca buku The Man Who Plays Piano? Salut sih karena Kak Rufin Dhi menggagas ide dan menulis buku tersebut dalam waktu yang relatif "singkat" karena khusus dipersiapkan untuk lomba Sweet and Spicy Romance nya Penerbit Twigora pada waktu itu. Keren banget deh dan semoga kita-kita yang juga ingin bisa nerbitin buku sendiri bisa meneladani semangat Kak Rufin Dhi yaa untuk bisa konsisten nulis dan nggak takut gagal.

Saya juga penasaran nih kira-kira adegan mana ya yang terinspirasi dari pengalaman pribadi Kak Rufin? Banyak adegan yang manis soalnya (...ups, nggak spoiler kok), dan saya setuju kalau romansa yang disajikan buku The Man Who Plays Piano ini beda dan bisa dinikmati secara luas. Lebih lanjutnya tentang pendapat saya akan saya bagikan di post review untuk buku The Man Who Plays Piano, yang Inshaa Allah akan dipost besok! Sementara itu tolong tinggalkan komentar kalian ya tentang gimana kesan dan pendapat kalian tentang sesi wawancara ini. Terima kasih sudah membaca dan tolong simak dan stay tune terus yaa, Tuan dan Nona semuanya. Sampai ketemu!



Ikuti semua rangkaian Blog Tour "The Man Who Plays Piano"!


19 – 21 SEPTEMBER 2018 : ATHAYA
http://theboochconsultant.blogspot.co.id/

22 – 24 SEPTEMBER 2018 : IKA MAYANG SARI
http://dumziebooks.blogspot.com/

***25 – 27 SEPTEMBER 2018 : KHAIRISA RAMADHANI PRIMAWESTRI
http://krprimawestri.blogspot.co.id - yours truly! you're here!

28 – 30 SEPTEMBER 2018 : AINI EKA
https://ainthebooks.wordpress.com/

1 – 3 OKTOBER 2018 : PIDA ALANDRIAN
https://collection-of-book.blogspot.co.id

4 – 6 OKTOBER 2018 : WAHYUNITRI WAGYO
https://simbaak.wordpress.com/

7 – 9 OKTOBER 2018 : RATNA KOMALASARI
www.blueshood.wordpress.com

10 – 12 OKTOBER 2018 : TASYA DEVI
perpuskeciltasya.wordpress.com

13 – 15 OKTOBER 2018 : INTAN NOVRIZA KAMALA SARI
http://www.ketimpukbuku.com/

16 – 18 OKTOBER 2018 : JURNAL BIE
Jurnallbie.blogspot.com

14 comments:

  1. Kata 'aman' dari penulisnya ini berarti emang gak salah kalau ada yang memberi rating 13+ ke novel ini...makin penasaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hha, betuul kak, membedakan juga dari novel Twigora pada umumnya~~ terima kasih udah mampir yaa. jangan lupa simak terus dan ikut giveaway nyaa

      Delete
  2. Duhh aku kepo sama scene yang terinspirasi dari pribadi, dan aku suka judulnya ini. Unik :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hha, sama nih kak, masih bertanya-tanya adegan yang mana yaa kira-kira hehe. yuk buruan baca :)

      Delete
  3. suka banget sama blurb dan covernya yang menarik banget. twigora emang bisa bikin pembaca terkesima bahkan dari baca reviewnya aja

    ReplyDelete
  4. btw tuan pianis ini bikin misterius ya? belum ketemu orangnya aja udah bikin terkesima

    ReplyDelete
  5. Menariknya ternyata inspirasi ide penulisan novel ini di dapata dari game piano. Luarbiasa. Memang ngg dipungkiri ide itu terkadang lebih mudah didapat ketika iseng, bahkan ada yang muncul tiba-tiba ketika melihat sesuatu yang unik. It's very simple. But not too easy ;). Sukses

    ReplyDelete
  6. Dari hasil wawancara dengan penulis, aku disadarkan bahwa aku sebagai pembaca hanya memandang "wah keren yah, usianya muda tapi banyak karya dan prestasi.". Tapi setelah baca interviewnya disadarkan bahwa lebih banyak proses dan perjuangan yang dilewati penulis. Semangat kak Rufin, ditunggu karya lainnya

    ReplyDelete
  7. salut sama kak rufin, sangat menginspirasi terutama kepada penulis-penulis yang ada diluar sana, untuk tetap berkarya dan tidak.berhenti walaupun didepan ditemui banyak kegagalan. semua tidak menutup kemungkinan atas prestasi dari kak rufin yang telah dicapai.. bener bener menginspirasi😊

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Back to Top