Dia tak bisa berhenti memikirkan kebun yang tak dimasuki seorang pun selama sepuluh tahun. Dia penasaran seperti apa kebun itu dan ingin tahu apakah masih ada bunga yang hidup di dalam sana.
Tahun terbit: 2016
Penerbit: Qanita (Penerbit Mizan)
Edisi: Paperback, bahasa Indonesia
"Genre": Children, Family, Unyuness, Reflective
Sebelumnya, saya hanya pernah tahu tentang Frances Hodgson Burnett dari cuplikan-cuplikan buku Little Princess dalam buku Princess Diaries nya Meg Cabot. Alhamdulillah akhirnya saya bisa berkesempatan untuk bisa membaca satu buku utuh tulisan Mrs. Burnett melalui kesediaan Asysyifa mengoperkan satu kopi buku Secret Garden ini pada saya untuk direview. Terima kasih banyaak ya Fa!
Blurb buku ini sudah cukup jelas untuk menggambarkan garis besar ceritanya. Kita akan mengikuti cerita bagaimana Mary Lennox yang harus pindah-kembali ke Inggris menjalani hari-harinya di Misselthwaite Manor, rumah kepunyaan pamannya, Archibald Craven, di Yorkshire. Mary yang usianya sepuluh tahun sebelumnya tumbuh besar di India dan lebih sering dimanja dan dibiarkan, sehingga tak ayal ia pun tumbuh menjadi anak yang kurang menyenangkan, egois, dan suka membangkang (not her fault, though...). Kepindahannya ke Inggris karena kedua orangtuanya meninggal akibat wabah kolera membuat Mary harus menghadapi banyak hal baru, tapi ternyata Yorkshire dan Misselthwaite Manor mengenalkan banyak hal baik untuk Mary. Udara segar Yorkshire, suasana padang kerangas (yang saya sendiri juga sebelumnya nggak tahu), dan orang-orang baru yang ditemui Mary mengisi pengalaman keseharian Mary dengan hal-hal yang bermakna dan "memperkaya" dirinya (#tsah).
Memang benar bahwa nampaknya seperti banyak kisah klasik, buku Secret Garden ini memberikan "panggung" yang tipikal melalui penggunaan latar sebuah rumah mewah tua dengan taman-taman besar. Meski demikian bagi saya buku ini tetap terasa "baru" dan menarik, mungkin karena buku ini kurang-lebih adalah buku klasik untuk anak-anak yang pertama saya baca - dan penceritaannya yang nggak ribet dan mengalir seperti dibacakan oleh penulisnya juga terasa nyaman untuk diikuti. Bagaimana kita mengikuti kisah Mary yang karakternya bukan khas anak yang unyu-unyu pada awalnya juga membuat buku ini jadi menarik untuk dibaca, karena meskipun hampir di sebagian awal buku kita dihadapkan pada sifat Mary yang masih "nakal", pengarang membuat kita sebagai pembaca tetap mampu bersimpati pada Mary dan memahami pengalamannya, bahkan tetap membuat pembaca mengidentifikasi potensi yang positif dari Mary, misal melalui sifat ingin tahunya. Saya merasa bahwa penulis mampu menjelaskan bagaimana seorang anak kecil tumbuh dari pengalamannya dan memproses apa yang dialaminya. Hasilnya, saya sebagai pembaca non-anak-anak merasa mendapat insight pemahaman soal perkembangan anak dalam cara yang berbeda dibanding kalau saya membaca buku psikologi perkembangan (#plak).
Hidup sendirian, seperti sebelumnya, di dalam sebuah rumah dengan seratus kamar yang ditutup secara misterius dan tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghibur diri, telah memicu otak Mary yang beku untuk bekerja keras dan benar-benar membangkitkan imajinasinya. Tak diragukan lagi bahwa udara yang bersih, kuat, dan segar dari padang kerangas berperan besar dalam hal ini. Sebagaimana udara itu telah memberinya selera makan, berlari melawan angin telah melancarkan peredaran darahnya, dan juga telah mengusik pikirannya.
Hal menarik lainnya dari buku Secret Garden, penulis menggambarkan bagaimana suasana alam sangat berdampak baik untuk perkembangan anak, dan sebenarnya ada banyak pengalaman dan pelajaran baik yang bisa diperoleh seorang anak yang sedang bertumbuh jika ia lebih banyak berinteraksi dengan alam sekitarnya (#EAAA). Sosok tokoh Dickon yang sepanjang hidupnya main di alam, berteman dengan binatang dan tumbuhan, sehingga ia disukai tidak hanya oleh manusia tapi juga basically seluruh semesta alam (#...) seperti menjadi "contoh produk unggul dari alam" (dan juga pengasuhan yang baik), sehingga secara alami juga "memukau" tokoh Mary menjadi salah satu "alasan" berkembangnya Mary menjadi lebih baik. Saya sendiri aja gemes ama Dickon uuuuuu tapi Dickon usianya di buku ini baru dua belas, saya jadi berasa pedo kalau menyatakan bahwa Dickon itu book-boyfriend-able banget #PLAK.
"Apakah kau bisa berbicara dengan burung?" kata Mary.
...
"Aku pikir aku bisa, dan mereka kira aku bisa," ujar Dickon. "Aku sudah sangat lama tinggal bersama mereka di padang kerangas. Aku melihat mereka saat mereka menetas keluar, saat mereka berbulu halus, saat belajar terbang, dan saat mulai bernyanyi, sampai aku mengira diriku salah satu dari mereka."
Potensi keingintahuan Mary yang ingin menemukan Taman Rahasia juga mendorong "dampak baik alam" pada perkembangan dirinya. Dalam buku ini penulis mampu menunjukkan bagaimana alam mampu memberikan pengalaman berinteraksi yang memberikan dampak baik bagi anak yang awalnya "nakal" seperti Mary dan sepupunya Colin, yang sepanjang hidupnya yakin kalau ia sakit parah. Saya juga jadi sukses menerima kesan betapa kegiatan berkebun atau bahkan sesederhana berada di "luar" itu sangat menyenangkan untuk dilakukan dan benar-benar membuat jiwa raga jadi sehat, ketika notabene kita jadi semangat untuk menghabiskan waktu mengamati yang terjadi di sekitar kita, bangun pagi, merawat tanaman-tanaman bunga dengan harapan melihat mereka tumbuh, menghirup udara segar~~ UNYU BANGET GA SIH (...tapi nggak lantas membuat saya bakalan buru-buru ambil sekop juga, kayaknya sudah terlambat bagi saya #LAH hehehe).
"Itu udara segar," katanya. "Berbaringlah dan hirup dalam-dalam. Itulah yang dilakukan Dickon saat dia berbaring di padang kerangas. Dia bilang dia merasakan udara itu mengalir dalam darahnya dan membuatnya lebih kuat dan dia merasa sepertinya dia akan hidup untuk selamanya dan selamanya. Hiruplah dan hiruplah."
Saya jadi merasa mendapat penyadaran betapa nggak sehatnya cara hidup saya sendiri sebenarnya, dan saya jadi berangan-angan andaikata saya tumbuh besar di lingkungan seperti yang diceritakan di buku ini, seperti yang Mary alami =')) ...di pinggiran kota, banyak udara segar dan minim polusi =')). Deskripsi-deksripsi yang diberikan penulis tentang keindahan bunga-bunga dan tumbuhan sebenarnya kurang bisa saya bayangkan karena nggak begitu ngeh tentang nama-nama bunga, tapi kerasa banget bahwa si penulis amat familier tentang isi-isi alam yang indah untuk menggambarkannya.
Kandungan moral dalam buku ini mungkin dikomunikasikan dengan cara menyinggung tentang 'Sihir' dan 'kekuatan pikiran'. Bagaimana tokoh anak-anak ini mengamati adanya kekuatan yang memungkinkan tumbuhnya segala sesuatu, merasa terkagum dengan keindahan, lalu membuat pikiran diisi dengan hal-hal yang indah juga. Hal itu seperti menjadi tema benang merah yang menghubungkan dinamika banyak karakter di buku ini, sampai akhirnya mengantarkan pembaca sampai ke akhir yang membuat kita tersenyum (ini bukan spoiler banget kok, buku anak-anak macam gini pastinya nggak mungkin berakhir suram kan?), bersama dengan indahnya musim semi (KENAPA SAYA JADI SAMPAI IKUTAN UNYU-UNYU BAHASANYA.... ). Masing-masing tokoh yang ada dalam buku punya "peran"nya sendiri untuk memperkaya cerita, dan lagi kita juga tidak hanya akan melihat perkembangan dari sisi tokoh anak-anak dan pribadi mereka, tapi juga melihat perkembangan sosok tokoh yang sudah dewasa - sampai akhirnya bisa mengubah keadaan dengan anggota keluarganya (Yep, saya selalu punya tempat untuk family moment, even in fiction...). Pokoknya baca saja bukunya dan semoga hati Anda juga ikut tersentuh oleh segala keunyuan buku ini, dan Anda bisa menularkan keunyuan kemana saja (#....).
Membiarkan hal-hal sedih atau buruk masuk ke dalam pikiranmu adalah sama bahayanya seperti membiarkan kuman demam berdarah masuk ke dalam tubuhmu. Jika kau membiarkannya tinggal di sana setelah masuk, boleh jadi kau tak akan pernah melupakannya sepanjang hidupmu.
No comments:
Post a Comment