Sunday, June 3, 2018

Christie, Agatha - KENANGAN KEMATIAN ("Sparkling Cyanide"): Mendalami Berbagai Dinamika Pribadi Lewat Jalan Pintas Bernama Kenangan


Hampir setahun yang lalu - dan masih segar dalam kenangannya, bagaikan peristiwa kemarin saja! Rosemary, untuk kenangan. Ungkapan yang cocok sekali. Tak ada gunanya orang meninggal kalau dia masih tetap hidup dalam benakmu. Seperti itulah Rosemary. (hlm. 88).
Tahun terbit: 2013
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Genre: Mystery, Crime, Interesting Premise
Edisi: Cetakan ke-6, Softcover, bahasa Indonesia

Sesungguhnya dengan menyelesaikan membaca buku ini, saya juga tanpa sengaja berhasil menyelesaikan membaca cerita misteri karangan Dame Agatha yang tidak menampilkan tokoh Hercule Poirot tanpa direncana. Ini sebuah info tidak penting yang saya beritahukan buat kalian yang baca, karena biasanya saya cenderung akan lebih mempertimbangkan baca karangan Agatha Christie yang ada Poirot nya dulu di antara koleksi Agatha Christie yang ada di rumah. Kalau kalian belum tahu, sosok detektif Hercule Poirot ini memang termasuk karakter fiksi kesayangan saya banget, sampai saya seringkali berharap bisa bertemu dengan sosok seperti beliau di dunia nyata. Meski demikian, sebenarnya kakak saya yang sudah baca jauh lebih banyak kisah-kisah Poirot/karangan Agatha Christie lainnya daripada saya. Kakak saya berkontribusi membuat koleksi Agatha Christie di rumah jadi cukup lengkap, dan saya pun tinggal pilih-pilih dan menunggu mood untuk baca. Padahal sebenarnya saya yang duluan baca Agatha Christie karena dulu tertarik baca dan akhirnya beli sampai selesai baca buku Agatha Christie pertama saya, yaitu "Death in the Clouds".

Oke, kenapa saya jadi panjang banget ngebahas yang nggak ada substansi review nya, sebenarnya karena masih nyambung sama satu poin penjelasan dari pendapat saya tentang buku "Kenangan Kematian" ini: Premisnya sebegitu menarik buat saya sampai-sampai saya dengan sendirinya tergerak untuk menyimak ceritanya tanpa memerhatikan tokoh detektif/pengusut misterinya. Bahkan dari judulnya saja sebenarnya sudah cukup memikat minat saya karena mengesankan sesuatu yang, duh gimana milih katanya, ya... melodramatis? Nah mungkin itu aja, melodramatis. Kalau boleh jujur memang judulnya membuat saya mengekspektasikan kisah yang cenderung "sedih" atau bahasa Jawa nya, mesakke. Nggak hanya mengekspektasikan itu saja sih sebenarnya, saya juga menangkap kesan kalau sepertinya ceritanya bakalan bikin penasaran, meski harusnya itu menjadi "kewajiban" dari bacaan genre misteri. Ini dikatakan sama saya yang baru baca Agatha Christie sama Robert Galbraith doang, jadi silakan diterima kesotoyannya.

Pada perayaan ulang tahunnya, Rosemary Barton tewas setelah menenggak sampanye yang telah dicampur dengan arsenik. Enam orang duduk semeja dengannya: George Barton, sang suami; Iris Marle, sang adik; Ruth Lessing, sekretaris George yang selalu bisa diandalkan; Stephen dan Alexandra Farraday, pasangan terhormat - yang pria politisi berbakat dan yang wanita keturunan keluarga terpandang; lalu Anthony Browne, pria tampan yang menjadi teman Rosemary. Keputusan penyelidikan menyatakan kematiannya adalah bunuh diri, dan tak terasa setahun telah berlalu sejak malam tewasnya Rosemary. Dalam momen inilah cerita dimulai karena orang-orang ternyata masih menemukan diri mereka mengingat dan mengenang Rosemary dan kematiannya. Misteri hadir ketika George Barton akhirnya bercerita pada Iris Marle kalau ia menerima surat kaleng yang memberitahunya bahwa sebenarnya Rosemary tidaklah bunuh diri pada waktu itu. Tapi bagaimana harus menyikapi pesan itu ketika setahun telah berlalu, apa yang tersisa selain kenangan? Kalau bisa memilih, tentu kematian Rosemary sebaiknya bisa dilupakan dengan baik, seperti yang diharapkan pasangan Farraday yang sayangnya harus menelan harapan itu karena nyatanya kenangan tentang Rosemary dan kejadian itu hadir lagi. Rosemary Barton nampaknya masih enggan pergi...


Gimana gimana ringkasan dan teaser dari saya barusan? Ini titik di mana Anda bisa memutuskan mau lanjut baca atau enggak, jadi santai saja karena apapun keputusan Anda saya juga nggak akan tahu kecuali Anda nanti meninggalkan komentar di bawah (ini adalah kode supaya kalian kasih komentar). Kalau Anda masih betah sampai sini, terima kasih ya, yuk kita mulai reviewnya, alias pendapat/komentar/apresiasi saya untuk Kenangan Kematian (mengabaikan netizen yang ngamuk karena intro kepanjangan).

Setelah mengikuti ceritanya, ternyata Rosemary Barton justru berkembang menjadi salah satu karakter yang menarik meskipun dari awal ia sudah diceritakan telah tewas dan sepertinya segala hal tentang sosoknya diceritakan melalui bagaimana ia dikenang oleh orang-orang yang ditinggalkannya. Sangat menarik menyimak dinamika pengalaman batin dan pikiran para tokoh seputar Rosemary dan kenangan yang ditinggalkannya pada mereka. Sebagai contoh, cara Iris Marle mengenang Rosemary, sebagai adik yang usianya terpaut jauh, "beda nasib" dengan kakaknya yang terkenal cantik dan kaya karena warisan dari teman dekat almarhumah Ibu sebagai kakak tertua, membuat saya merasa mendapatkan insight dari dinamika hubungan persaudaraan sesama anak perempuan yang berbeda dari yang saya alami dengan kakak saya sendiri. Jadinya tentu saja menarik ketika dengan membaca sudut pandang seorang tokoh seperti Iris Marle, saya jadi bisa mendapatkan gambaran hal yang tidak secara langsung dialami tapi bisa membuat kita merasa relate. Tapi jangan lupakan latar misteri cerita yang sedang kita simak ini lho, karena kalau surat kaleng yang diterima George benar, maka tentu saja Iris Marle menjadi salah satu yang bisa dicurigai kan?

Saya juga merasa terhibur banget (kok jadi kedengeran aneh ya) menyimak cerita dari sudut pandang karakter-karakter lain. Gimana dengan benang merah soal Rosemary kita jadi serasa "mengenal" banyak jenis orang sekaligus dan saya jadi semacam terheran sendiri dengan maksud "ternyata ada/bisa ya orang kayak begitu". Well, ini nih salah satunya kenapa membaca misteri menjadi sesuatu yang "nagih" banget buat saya lakukan, karena meski cuma fiksi kita bisa mendapat insight atau pemahaman tentang manusia yang diceritakan di latar yang nggak biasa (kejadian kriminal, yang sebenarnya seru juga disimak di fiksi #eh). Balik lagi ke cerita yang sedang kita bahas ini, gimana setiap tokoh mengenang Rosemary dan kematiannya mungkin butuh waktu untuk dicerna alias pelan-pelan aja, tapi lama-lama justru menjadi salah satu poin greget dari ceritanya. Yang saya amati, rata-rata tokoh cowoknya memang pasti bakalan terpesona sama kecantikan Rosemary pada suatu titik, dan yang tokoh cewek biasanya saya lihat bakalan cenderung gak suka, kecuali Iris Marle sih.

Ini membawa kita ke poin lain yang mau saya bahas dari novel ini. Setelah menyimak ceritanya, ternyata saya juga jadi dapat insight tentang gimana rasanya berinteraksi dengan perempuan yang ternyata sifat dan karakternya bisa dibilang nggak secantik penampilan fisiknya. Itu secara di luar dugaan justru saya dapatkan setelah menyimak sudut pandang karakter-karakter cowok, dan jadi menarik karena saya nggak mengekspektasikan akan mendapat insight semacam ini dari membaca ceritanya yang awalnya saya kira kan sendu-sendu gimana gitu kan. Oke, mungkin kalau memerhatikan kisahnya yang melibatkan wanita cantik dan beberapa tokoh cowok, kita juga bisa mengasumsikan ada bumbu-bumbu drama yang bisa terlibat, tapi jujur aja saya nggak kepikiran bahwa arah ceritanya berkembang dengan muatan insight yang semacam ini dari interaksi antar tokoh-tokohnya.

Memang dia wanita ayu. ayu sekali - tapi susahnya kau tidak bisa berbicara dengannya.
(hlm. 82)

Karena - begitu kita terbiasa dengan kesempurnaan wajah dan bentuk tubuh itu, apa lagi yang masih tersisa? Mendengar pembicaraan orang dengan baik saja - dia tak bisa. Jenis wanita yang mengharapkan suaminya tiap pagi akan bersumpah masih mencintainya setengah mati!
(hlm. 59)

Sejujurnya jadi terasa kocak juga menyimak bagaimana para tokoh-tokoh cowok ini mengenang Rosemary, antara pengin ngetawain sama jadi terkejut karena ternyata si yang dikenang ini memang punya cerita di seputar dirinya. Ada drama dan romansa yang ternyata di luar yang saya ekspektasikan juga, karena selain seputar kenangan tentang Rosemary, kita juga bisa nyimak interaksi yang kuat juga di antara pasangan Farraday, sebagai contoh lain. Mereka yang sudut pandangnya jadi menarik karena hubungan mereka termasuk unik dinamikanya, semacam bentuk cinta yang nggak biasa gitu deh kalian harus simak sendiri ceritanya biar paham daripada daripada saya spoiler. Hubungannya sama misterinya gimana? Kita jadi semacam digiring untuk mencocok-cocokkan nih, mana di antara semua bentuk interaksi, kenangan, dan sudut pandang yang akhirnya akan bisa menjelaskan kematian Rosemary.

Yap, mau ngaak mau toh semua kembali ke pertanyaan: Gimana sih misteri dan pemecahannya? Sebenarnya komponen misteri dalam cerita ini sendiri sudah menarik karena hal yang menjadi misteri dan harus diungkap sudah bukan merupakan kejadian yang aktual, tapi sudah menjadi kenangan dan telah berlalu. Jenis yang seperti ini juga bisa kalian temui di novel Nemesis yang menampilkan Miss Marple (yang juga saya suka banget, dan sudah saya tulis reviewnya juga di sini). Progres cerita mengalir tanpa terasa datar karena pelan-pelan menggiring kita ke klimaks dengan rasa penasaran dan menebak-nebak yang semakin menjadi seiring kita membalik halamannya. Setidaknya itu sih yang saya alami, lama-lama jadi makin greget! Jaminan kepiawaian mengolah misteri yang selalu oke dari Dame Agatha Christie, menurut saya pemecahan misteri Sparkling Cyanide tetap seru, nggak tertebak (atau sayanya aja yang gak kunjung jago), rapi dan memuaskan.

Menurut saya, sedemikian beragamnya "potret" karakter yang ditunjukkan dalam cerita ini juga menjadi salah satu kunci yang bisa menjelaskan semuanya di akhir, dan mungkin mengecoh juga karena kita dari awal udah dibuat mengikuti banyak alur pikiran karakter, jadi mungkin bisa aja merasa mencurigai atau membela karakter tertentu. Padahal kebenaran nggak akan berubah kan? Pengalaman membaca kayak gini sepertinya memang selalu bisa diekspektasikan sih dari kecerdasan penulisan Dame Agatha.

Nggak hanya itu, resolusi cerita juga menurut saya sangat rapi untuk pada akhirnya menunjukkan pada pembaca bagaimana semua potongan informasi dan komponen cerita menjadi ada pada tempatnya dan jadi masuk akal. Penting banget ternyata untuk memerhatikan setiap detil yang sudah tersaji pada kita selama membaca untuk bisa memahami pertanyan yang belum terjawab, karena kalau bisa melihat melampaui semua yang sudah ditunjukkan, ternyata di situlah semua jawaban dan kuncinya berada. Tapi nggak usah takut, kalian nggak harus memaksa diri untuk menguras pikiran tiap membaca kisah semacam ini, karena pada akhirnya harus dinikmati dan biarkan cerita membawa kita.

Apakah saya merekomendasikan Anda baca buku ini? Oh tentunya iya banget, dan saya kira Anda juga akan bisa menikmati ceritanya sebesar saya menikmati ceritanya. Kalau yang sebelumnya udah baca beberapa novel Agatha Christie, Anda akan bisa menemui karakter Kolonel Race di buku ini, di mana karakter beliau notabene juga suka dimunculkan di kisah-kisah misteri Dame Agatha yang lain. Cukup menambah gregetnya sih karena menurut saya pribadi sensasinya seperti mendapati bahwa kisah Sparkling Cyanide ini satu semesta yang sama dengan kisah-kisah misteri keren Dame Agatha lainnya. Yah, mari bersulang untuk satu lagi kisah misteri mengesankan dari Dame Agatha Christie! (K. R. Primawestri - 3 Juni 2018)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Back to Top